Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun. Kanker dapat terjadi di berbagai bagian tubuh pada siapa saja. Di Indonesia, kanker serviks termasuk kanker terganas yang paling banyak diderita wanita Indonesia. Apa saja gejala kanker serviks dan bagaimana upaya pencegahan penyebaran sel kanker, akan anda dapatkan pada pembahasan berikut ini.
Mengenal Gejala Kanker Serviks, Penyebab, dan Pengobatannya
Kanker serviks atau yang disebut juga kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal berkembang dan tumbuh di leher rahim. Kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang umum di Indonesia. Pada 2022 bahkan kanker serviks merupakan kanker urutan kedua terbanyak dengan jumlah 9.2% kasus dari total kasus kanker di Indonesia atau sebanyak 36.633 kasus.
Kebanyakan kasus kanker serviks terjadi karena infeksi virus papiloma manusia (HPV) yang dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Karenanya kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi HPV dan pemeriksaan Pap Smear secara teratur terutama bagi anda yang sudah aktif secara seksual. Upaya ini penting dalam pencegahan dan deteksi dini kanker serviks.
Penyakit kanker serviks dapat menyebabkan kematian yang cukup besar. Kanker sering menyebabkan kematian karena umumnya tidak menimbulkan gejala pada masa awal perkembangannya. Sehingga baru terdeteksi dan mulai diobati setelah menginjak stadium lanjut. Sangat penting bagi anda untuk melakukan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan secara berkala serta mengetahui gejala dini kanker serviks agar dapat terdeteksi secara dini.
Faktor Penyebab Risiko Kanker
Kanker serviks dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia dan latar belakang. Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kanker, meliputi:
Faktor Genetik
Beberapa jenis kanker dapat menurun dalam keluarga melalui mutasi genetik yang terwariskan. Faktor genetik dapat mempengaruhi risiko untuk mengembangkan kanker. Mutasi atau perubahan genetik dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap perkembangan kanker. Diantaranya dapat meningkatkan beberapa jenis kanker seperti kanker otak, payudara, ovarium, jaringan lunak dan usus besar.
Paparan Zat Karsinogenik
Zat karsinogenik merupakan zat atau agen yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Paparan zat ini dapat dengan mudah masuk ke tubuh dari lingkungan kita, termasuk dalam makanan, air, udara ataupun melalui paparan langsung di tempat kerja. Beberapa contoh zat karsinogenik yang umum adalah asap rokok, kimia industri, dan zat makanan.
Merokok dan paparan asap rokok pasif mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia. Di dalamnya terdapat zat karsinogenik seperti benzene, formaldehyde, dan tar. Paparan dari dalam zat rokok menjadi faktor risiko utama untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru-paru, kanker mulut, dan kanker pankreas.
Sedangkan zat karsinogenik yang termasuk bahan kimia di industri diantaranya asbes, arsenik, bensin, benzene, nikel, dan asam kromat. Secara jangka panjang dari bahan-bahan ini di tempat kerja atau lingkungan sekitar tentunya akan meningkatkan risiko kanker.
Paparan radiasi ionisasi yang tinggi seperti radiasi sinar-X dan gamma dapat menyebabkan mutasi genetik dan meningkatkan risiko kanker. Radiasi sinarmatahari secara jangka panjang juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Hal ini karena sinar matahari mengandung berbagai jenis radiasi seperti sinar kosmik, sinar gamma, sinar x, sinar ultraviolet, infrared, dan gelombang radio.
Di dalam makanan juga mengandung beberapa zat yang selama proses memasak atau pengolahan makanan dapat menjadi zat karsinogenik. Contohnya zat akrilamida yang terbentuk saat menggoreng makanan pada suhu tinggi serta nitrat dan nitrit yang sering digunakan sebagai pengawet dalam daging olahan.
Penting untuk memperhatikan dan meminimalkan paparan terhadap zat karsinogenik untuk melindungi kesehatan kita. Langkah-langkah seperti tidak merokok, mengurangi paparan radiasi, menjaga kebersihan makanan, dan mengikuti tindakan pencegahan infeksi dapat membantu mengurangi risiko kanker yang disebabkan oleh zat karsinogenik.
Paparan Virus
Berbagai jenis infeksi virus dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Misalnya Human Papillomavirus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks. Sedangkan Hepatitis B dan C dapat menyebabkan kanker hati. Sedangkan Human Immunodeficiency (HIV) dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker pada tubuh.
Dengan mengetahui faktor penyebab peningkatan risiko kanker, anda dapat mendeteksi dini kanker dengan memperhatikan gejala kanker serviks berikut ini:
Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks seperti kanker lainnya memiliki gejala yang beragam tergantung pada tingkat stadiumnya. Meski begitu terdapat beberapa gejala umum yang mungkin muncul pada penyakit kanker seviks, antara lain adalah:
- Penurunan berat badan secara mendadak.
- Rasa kelelahan yang tidak wajar.
- Perubahan kondisi kulit seperti munculnya benjolan dan peradangan tanpa ada penyebab serta perubahan warna kulit.
- Perubahan pola buang air besar dan buang air kecil yang tidak biasa.
- Rasa nyeri dan peningkatan intensitas nyeri.
- Pendarahan di area tertentu yang tidak normal. Misalnya pendarahan area vaginal pada periode selain menstruasi dan menopause.
Jenis-jenis Pengobatan Kanker
Di zaman teknologi canggih seperti saat ini, terdapat berbagai pilihan pengobatan kanker. Pengobatan dapat anda pilih menyesuaikan dengan jenis kanker, stadium, serta lokasi kanker pada tubuh pasien. Beberapa jenis pengobatan tersebut meliputi:
Pembedahan
Melalui operasi bedah, tenaga medis akan mengangkat tumor atau organ yang terpapar sel kanker. Pembedahan memiliki efek samping seperti nyeri di area bekas operasi, risiko perdarahan, penggumpalan darah, sulit buang air kecil dan besar, serta infeksi pada area bekas operasi.
Radioterapi
Memanfaatkan sinar radiasi, tenaga medis akan menghancurkan sel-sel kanker dan mengurangi ukuran tumor. Efek samping jangka pendek dari radioterapi umumnya akan langsung dirasakan oleh pasien pasca-radioterapi yakni seperti mual dan muntah, rambut rontok, kulit kusam, serta badan terasa lemas.
Sedangkan efek samping jangka panjang dari pengobatan radioterapi tergantung lokasi radioterapi. Saat radioterapi dilakukan pada bagian perut maka elastisitas kandung kemih akan berkurang, akibatnya pasien akan lebih sering buang air kecil. Jika radioterapi merupakan pengobatan kanker payudara, maka payudara akan terasa lebih keras dan kencang. Sedangkan radiasi pada bagian pinggul dapat menyebabkan vagina lebih sempit dan kurang elastis. Gangguan paru-paru, hingga efek pembengkakan pada lengan.
Kemoterapi
Kemo merupakan pengobatan dengan memanfaatkan obat-obatan kanker yang akan membunuh sel-sel kanker. Beberapa efek samping yang muncul saat pengobatan kemoterapi antara lain adalah mual dan muntah. Selain itu rambut rontok, diare, penurunan nafsu makan, mudah lelah, suhu badan meningkat, sariawan, badan nyeri-nyeri, hingga konstipasi dan pendarahan.
Meski begitu sebagian efek ini dapat anda cegah dengan terapi atau dengan obat-obatan kemoterapi lainnya. Namun terdapat obat kemoterapi yang memberikan efek samping jangka panjang yang timbul setelah rentah waktu tahunan. Beberapa contoh efek samping jangka panjangnya seperti kerusakan jaringan paru, gangguan fungsi jantung, infertilitas, gangguan fungsi ginjal, kerusakan saraf perifer, dan risiko munculnya kanker sekunder.
Untuk mengurangi risiko jangka panjang, pasien perlu melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi tubuhnya siap menerima obat kemoterapi. Selesai melakukan kemoterapi anda juga dapat menggunakan produk yang membantu mengurangi efek samping kemo. Seperti menggunakan produk shampoo Sun Schermo 2in1 yang dapat membersihkan sekaligus merawat rambut rontok.
Terapi Targeted
Pengobatan jenis ini memanfaatkan obat-obatan yang khusus menargetkan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dengan menyerang sifat khusus dari sel kanker.
Imunoterapi
Pengobatan dengan imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.
Meski memiliki efek samping, pengobatan memang bukan merupakan jalan termudah. Namun, pengobatan adalah hal yang perlu dilakukan pasien penderita kanker. Karena itu jauh lebih baik untuk mencegah penyakit daripada mengobatinya.
Pencegahan Kanker
Sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan risiko kanker. Terdapat beberapa langkah yang dapat anda lakukan, seperti mengadopsi 10 langkah pola hidup sehat, dengan makan makanan bergizi seimbang, dan berolahraga secara rutin. Selain itu anda juga dapat menggunakan produk-produk yang bebas paparan zat kimia berbahaya, seta meningkatkan imunitas tubuh.